RANGKUMAN EKSEKUTIF
Usaha ini bergerak di bidang kuliner , Beliau memperoleh modal untuk usaha
angkring ini dengan meminjam uang di bank sebesar Rp 5.000.000,00 untuk biaya
pembuatan gerobak dan untuk membeli dagangan yang akan dijual. Makanan yang
dijual oleh beliau sebagai pengusaha angkring adalah nasi bungkus, tempe
goreng, tahu, pisang goreng, dadar gulung, risoles, bakwan, dan masih banyak
lagi yang lainnya. Sedangkan minuman yang dijual adalah “wedang jahe”, jahe
susu, es teh, teh manis, es jeruk, dan masih banyak aneka minuman yang tersedia
Semoga proposal ini dapat menjadi
pembelajaran bagi saya sendiri dan pembacanya.atas perhatianya di ucapkan
terima kasih
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada
Allah SWT atas berkat rahmatnya kita dapat menyelesaikan laporan wawancara ini.
Laporan ini dibuat sebagai bukti bahwa saya sebagai penulis telah melaksanakan
wawancara di Badegan Ponorogo.
Saya berupaya semoga laporan ini sesuai
dengan harapan pembaca. Dalam menyusun laporan ini saya tidak mengurangi apa yang
terkandung dalam tujuan mengetahui bagaimana cara memulai usaha
angkringan dari nol.Tidak
lupa saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada Mas Agit, karena telah meluangkan waktu
untuk kami wawancara.
Perkenankan kami mengucapkan terima
kasih, terutama kepada orang tua kami yang telah memberi dorongan dalam
penyusunan laporan ini, dosen kami yang telah membimbing kami, teman-teman kami yang
telah memberi semangat dan narasumber yaitu Mas Agit. Segala saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan laporan ini akan kami terima dengan senang hati. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca atau siapa saja yang membutuhkan. Amin.
DAFTAR ISI
RANGKUMAN EKSEKUTIF........................................................................................ 2
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................. 4
BAB I
Pendahuluan................................................................................................................... 5
A. Latar
Belakang masalah.......................................................................................... 5
B. Perumusan Masalah................................................................................................. 5
C.
Tujuan
Penulisan..................................................................................................... 5
D.
Metode
Pengumpulan Data................................................................................... 6
E.
Manfaat
Penulisan.................................................................................................. 6
BAB II
Pembahasan.................................................................................................................... 7
A. Pengertian
Angkring............................................................................................... 7
B. Profil
Narasumber.................................................................................................... 7
C. Hasil Wawancara
dengan Narasumber.................................................................... 8
1. Pengusaha
Angkring............................................................................................. 8
2. Murah Meriah....................................................................................................... 9
BAB III
Penutup.......................................................................................................................... 11
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 11
B. Saran-Saran....................................................................................................... 11
C. Grafik
Penjualan............................................................................................... 11
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap manusia di dunia ini mempunyai sifat
ingin sesuatu yang sempurna atau lebih dari sesuatu yang diperolehnya. Dari
sisi kehidupan ekonomi sesorang misalnya, manusia selalu ingin mendapatkan
pekerjaan yang layak agar dapat menghidupi dirinya sendiri beserta keluarganya.
Namun masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan masih sangat banyak. Saya
selaku tim penulis ingin mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi masalah
kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, Saya ingin melakukan observasi dan
wawancara dengan seorang pengusaha yang memulai usahanya dari nol agar
masyarakat Indonesia dapat meneladaninya dan terbebas dari kemiskinan.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana usaha
seorang pengusaha agar usahanya maju?
2. Hal-hal apa
saja yang dilakukan seorang pengusaha jika mengalami suatu kegagalan?
3. Apa yang
dilakukan pengusaha untuk menarik minat konsumen?
C.
Tujuan Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, Saya
selaku tim penulis memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.
Tujuan umum yang
terdiri dari:
a. Untuk melatih
dan menambah pengalaman saya dalam melakukan wawancara.
b. Untuk menambah
wawasan saya tentang kehidupan pengusaha angkring dan lingkungan sekitar kita.
2.
Tujuan khusus
yang terdiri dari:
a. Sebagai tugas
untuk memenuhi penilaian mata kuliah KEWIRAUSAHAAN.
D.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan ini, Saya
mengumpulkan data dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Wawancara atau
interview, yaitu metode pengumpulan data melalui dialog dengan narasumber
sebagai pemberi informasi.
2. Observasi atau
pengamatan, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan meninjau
keadaan secara langsung, dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya.
E.
Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan laporan ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kehidupan ekonomi yang ada di lingkungan sekitar
kita yang dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran bangsa Indonesia sehingga
dapat memberi masukan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada
umumnya agar terbebas dari kemiskinan dengan meneladani usaha dan sikap pantang
menyerah saat mengalami kegagalan seperti yang dimiliki oleh narasumber.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian Angkring
Angkringan (berasal dari
bahasa Jawa “Angkring” yang berarti duduk santai) adalah sebuah gerobak
dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di
setiap pinggir ruas jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jika di Solo,
angkringan dikenal sebagai warung hik.
Gerobak angkringan biasanya ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat
sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, mengandalkan penerangan tradisional
yaitu lampu minyak , dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.
Makanan yang dijual meliputi nasi bungkus atau nasi
kucing, gorengan, sate usus ayam, sate telor puyuh, kripik dan lain-lain.
Minuman yang dijual juga beraneka macam seperti teh, jeruk, kopi, tape, “wedang
jahe” dan susu. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
Meski harganya murah, namun konsumen warung ini sangat
bervariasi. Mulai dari tukang becak, tukang bangunan, pegawai kantor,
mahasiswa, seniman, bahkan hingga pejabat dan eksekutif. Antar pembeli dan
penjual sering terlihat mengobrol dengan santai dalam suasana penuh
kekeluargaan.
Angkringan juga terkenal sebagai tempat yang egaliter
karena bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial
atau SARA. Mereka menikmati makanan sambil bebas ngobrol hingga larut malam
meskipun tak saling kenal tentang berbagai hal atau kadang berdiskusi tentang
topik-topik yang serius. Harganya yang murah dan tempatnya yang santai membuat
angkringan sangat populer di tengah kota sebagai tempat persinggahan untuk
mengusir lapar atau sekedar melepas lelah.
B.
Profil Narasumber
Setelah saya melakukan wawancara dengan narasumber
seorang pengusaha angkring, saya mendapatkan informasi mengenai biodata beliau.
Berikut ini merupakan profil narasumber.
Nama :
Septya Agit
Jenis kelamin :
Laki-laki
Kota asal :
Ponorogo
Alamat :
RT/ RW 05/03 Ds Badegan, kec Badegan, Kab Ponorogo
Pekerjaan :
Pengusaha angkring
Motto :
Gagal lebih baik daripada tidak pernah mencoba
C.
Hasil Wawancara dengan Narasumber
Saya selaku tim penulis telah melaksanakan wawancara yang
bertopik “pengusaha yang memulai usahanya dari nol dan pantang menyerah” dengan
narasumber Mas Agit yang bekerja sebagai pengusaha angkring. Berikut ini
merupakan hasil wawancara saya dengan narasumber.
1.
Pengusaha
Angkring
Mas Agit adalah seorang pengusaha angkring yang berasal
dari Desa Badegan. Beliau membuka usaha angkring tidak lain karena terilhami
oleh jajanan malam Yogyakarta. Beliau memulai usahanya pada tahun 2013 dan
masih bertahan sampai sekarang. Dulu, beliau hanya nekat untuk membuka usaha
angkring ini. Beliau memperoleh modal untuk usaha angkring ini dengan meminjam
uang di bank sebesar Rp 5.000.000,00 untuk biaya pembuatan gerobak dan untuk membeli
dagangan yang akan dijual. Makanan yang dijual oleh beliau sebagai pengusaha
angkring adalah nasi bungkus, tempe goreng, tahu, pisang goreng, dadar gulung,
risoles, bakwan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sedangkan minuman yang
dijual adalah “wedang jahe”, jahe susu, es teh, teh manis, es jeruk, dan masih
banyak aneka minuman yang tersedia. Makanan yang menjadi ciri khas dari
angkring tersebut adalah nasi bungkus atau yang sering disebut dengan “nasi
kucing”. Disebut nasi kucing karena makanan tersebut seperti makanan kucing,
yakni nasi diberi ikan tongkol dan diberi sambal. Harga nasi bungkus atau nasi
kucing tersebut dari beliau adalah Rp 2500,00. Jika nasibnya beruntung, maka
waktu yang ramai dikunjungi oleh pembeli adalah dari pukul 17.00–20.00 WIB..
Bila dagangan tidak habis terjual, yang masih bisa dimanfaatkan maka akan
dimanfaatkan oleh beliau. Misalnya tempe, jika tidak habis terjual akan
dipotong-potong kemudian dijadikan kering untuk lauk pauk, jika nasi tidak
habis terjual maka nasi tersebut dijemur dan dijadikan makanan ternak.
Pendapatan beliau tidak pasti, tetapi modal pasti bisa kembali. Cara beliau
untuk menarik minat pembeli cukup dengan memasang spanduk yang berisi tentang
apa saja makanan dan minuman yang tersedia di situ. Apabila ada perayaan atau
hari besar tertentu, ada perbedaan penghasilan yang beliau peroleh. Misalnya
pada malam tahun baru, di warung angkring keadaannya sangat ramai pembeli,
kadang-kadang pukul 22.00 WIB saja sudah pulang, tetapi jika tidak ada
peringatan hari besar penghasilannya biasa-biasa saja. Menjadi pengusaha
angkring ternyata juga mempunyai pelanggan, tetapi kadang-kadang juga banyak
pembeli baru. Misalnya pada saat orang bepergian jauh, mereka mampir di
warung-warung angkring beliau, juga banyak supir-supir yang mampir di warung
beliau dan tidak sedikit pula dari mereka yang menjadi pelanggan beliau.
Apabila cuaca buruk, misalnya hujan sangat mempengaruhi penjualan angkring
tersebut karena para pembeli malas untuk pergi keluar rumah, jadi kadang
makanan masih banyak yang tidak terjual. Sebenarnya beliau tidak menerima
pesanan, tetapi jika ada orang yang pesan makanan maka beliau layani. Tetapi
jarang yang memesan makanan di warung beliau.
2.
Murah Meriah
Gorengan yang dijual juga bermacam-macam. Ada tempe,
bakwan, pisang, tahu, dan sebagainya. Mas Agit menjelaskan, harga nasi bungkus
hanya Rp 2500,00 , gorengan Rp 500,00 , dan minuman bergantung pada jenisnya.
Teh dijual Rp 2.000,00 , kopi Rp 2.000,00 , susu Rp 3.500,00 , dan jahe susu Rp
4.000,00.
Mas Agit mengatakan, setiap pedagang berjualan selepas
ashar sampai sekitar pukul 01.00 dini hari. Pemasaknya ada sendiri. Untuk
gorengan, dia mengambil untung Rp 500,00 dan wedang atau minuman serta nasi
mendapat Rp 1000,00.
Hal serupa terjadi di tempat-tempat lain. Sekali makan,
cukup Rp 5.000,00-10000,00 sudah kenyang sambil minum teh panas dan menghisap
sebatang rokok eceran. Saking larisnya, penjual sering kehabisan es balok dan
harus beli eceran ke kios sebelah.
Pelanggan silih datang pergi, baik nongkrong di warung
maupun membeli untuk dibawa pulang. “Lumayan, bisa untuk ganjal perut”, kata
seorang pembeli kepada Mas Agit yang dengan lahap makan di angkringan. Murah
meriah dan praktis, mungkin itulah kata kuncinya.
Lalu, siapa pemuda penjual wedang angkring yang jeli memanfaatkan
peluang itu? dia adalah Mas Agit, lelaki asli Badegan ponorogo.
Ia terilhami oleh makanan dan wedang angkring di
Yogyakarta yang punya pelanggan bukan hanya para buruh angkut dan rakyat kecil,
namun juga para mahasiswa dan masyarakat elit.
Pedagang hik ini berjualan di sudut-sudut jalan, gang
depan toko, dan hotel hingga larut malam. Konsumennya selain tukang becak juga
anak-anak dan orang-orang dewasa.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Setelah saya menyelesaikan penulisan laporan ini, akhirnya saya dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jika kita
melakukan wawancara, hendaknya kita memilih narasumber yang tepat sesuai dengan
topik tujuan wawancara kita.
2. Kita harus
sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan atau pekerjaan apa pun.
3. Mas Agit
merupakan seorang pengusaha yang tidak mengenal lelah dan berusaha dengan
sungguh-sungguh agar mendapatkan apa yang ingin dicapainya.
4. Untuk mencapai
tujuan yang diharapkan perlu pengorbanan dan tekad yang kuat untuk mencapainya.
B. Saran-saran
1. Kita sebagai
generasi muda sebaiknya mencontoh sifat-sifat teladan yang dimiliki oleh Mas
Agit sebagai bekal kehidupan di masa yang akan datang.
2. Saya sadar
bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan, sehingga bisa bermanfaat bagi saya selaku tim penulis.
C. Grafik Penjualan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar